Seorang gadis bernama Hastuti, panggil saja ia Tuti. Ia baru saja menikah atas paksaan orang tua dan tinggal bersama Suaminya. Sejak Tuti tinggal di rumah tersebut, ia menyadari bahwa dirinya tidak bisa menyesuaikan diri dengan Suaminya dalam semua perkara. Sikap dan prinsip Tuti dan Suaminya benar-benar berbeda, Tuti agak keras kepala sedangkan suaminya juga orang yang pemarah.

Tuti kadang sering dikritik Suaminya tentang segala hal mengurus rumah tangga. Hari demi hari, minggu berganti bulan. Tuti dan Suaminya tak pernah berhenti bertengkar. Keadaan diperburuk karena Tuti sebagai istri harus taat kepada Suami apapun alasannya.

Semua ketegangan dan pertengkaran itu memaksa sang Suami kurang rezeki dan jatuh ke dalam tekanan. Akhirnya, Tuti tak tahan lagi dengan sikap egois dan dominasi oleh Suaminya. Ia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Tuti pergi menemui teman baik ayahnya, sebut saja Ato'. Yang ahli dalam ramuan dan obat-obatan. Tuti menceritakan semua masalah yang ia alami selama ini. Ia meminta agar Ato' memberinya sejumlah racun agar masalahnya dapat diselesaikan.

Ato' mengerti akan tujuan Tuti, ia berpikir sejenak dan tersenyum sambil berkata, "Tuti, Ato' akan menolongmu, tapi kamu juga harus dengar secara seksama apa yang akan saya suruh kamu lakukan."

Tuti menjawab, "Baik, Ato'. Akan saya lakukan semua perintah Ato'."

Ato' masuk ke dalam ruang obatnya seolah mencari-cari sesuatu, dan akhirnya kembali dengan sebuah bungkusan di tangannya.

Dia memberitahu Tuti, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang beraksi cepat untuk membunuh suamimu, karena nanti kecurigaan orang akan mengarah padamu."

"Oleh sebab itu" lanjut Ato'. "Saya memberimu sebuah obat yang secara perlahan akan meracuni tubuh suamimu. Setiap hari masakkan ia makanan yang enak-enak, jangan lupa masukkan obat ini. Untuk memastikan tak ada yang mencurigaimu, kamu harus berbuat baik kepada suamimu. Hilangkan ego dan keras kepalamu. Jadikan ia ibarat sahabat dan teman. Pura-pura kau sangat mencintainya dan kau tak bisa hidup tanpanya. Taati perkataannya, dan layani ia sebagai seorang istri yang salehah."

Tuti merasa senang dan pulang ke rumah untuk merencanakan aksinya. Setiap hari, Tuti memasakkan Suaminya masakan yang enak. Tak lupa diberi sedikit racun, termasuk selalu ingat pesan Ato'. Tuti meredam emosinya, dan berbuat baik sepenuhnya terhadap Suaminya.

Setelah berbulan-bulan, suasana rumah yang awalnya tegang menjadi ceria. Tuti hampir tak pernah melawan suaminya, apalagi bertengkar. Dan yang paling mengejutkan, Tuti kini tulus telah mencintai Suaminya, bukan pura-pura lagi.

Hal itu juga membuat suaminya menjadi laki-laki yang sabar dan kelihatan jauh lebih baik. Dia mulai mencintai Tuti dan selalu memanjakannya.

Suatu hari, Tuti kembali menemui Ato' dan berkata, "Ato', tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh Suami saya. Dia telah berubah menjadi laki-laki yang saya dambakan selama ini. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan."

Ato' tersenyum dan berkata, "Kau tidak usah khawatir, saya tidak pernah memberimu racun. Obat yang saya berikan kepadamu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya agar Suamimu lebih giat untuk bekerja."

"Satu-satunya racun yang pernah ada ialah pikiran dan sikapmu terhadapnya. Tapi semuanya sudah lenyap dibersihkan oleh cinta dan perhatian yang kau berikan pada Suamimu."

Pernahkah Anda menyadari bahwa perlakuan kita terhadap orang lain akan sama dengan perlakuan orang lain terhadap kita?

0 komentar:

Post a Comment