Sinopsis Film The Fault in Our Stars
Ketika anda akan ditempatkan pada momen dimana anda akan menonton film drama bertema kesedihan , maka yang menjadi bayangan anda bahwa disepanjang film bakalan ada momen-momen yang akan membuat anda terus-menerus bersedih. Tapi Josh Boone tidak menggunakan trik klasik seperti itu. Ia membangun cerita dalam filmnya layaknya bata yang disusun satu-persatu dan kemudian di akhir cerita anda takkan mampu membendung klimaks kesedihan yang anda saksikan.

Hazel (Shailene Woodley) yang masih berusia 16 tahun menderita kanker. Ia betahan hidup berkat obat Phalanxifor yang rutin diminumnya setia hari. Ditambah pernapasannya yang selalu dibantu tanki oksigen mini yang dibawanya ke manapun ia pergi. Ia didiagnosis menderita kanker tiroid di stage ke IV pada bag-13, Hazel siap untuk mati sampai pada bag-14, dengan medis yang menyatakan ada tumor di paru-parunya.

Suatu ketika, ia dianjurkan oleh orang tuanya untuk mengikuti sebuah perkumpulan penderita kanker. Dari penderita sampai mereka yang selamat dari kanker bergabung di sana. Awalnya Hazel melakukannya setengah hati, tapi keadaan berubah ketika secara tak sengaja ia bertemu dengan August (Ansel Elgort) penderita kanker Osteosarkoma dan harus diamputasi salah satu kakinya. Kenyataannya Gus juga hanya diajak oleh sahabatnya Isaac (Nat Wolff). Pada pandangan pertama Augustus tertarik pada Hazel, perlahan tapi pasti keduanya mulai dekat. Perbedaan sifat keduanya bak langit dan bumi, Hazel gadis yang pemurung sedangkan Gus selalu ceria. Hazel tak bersemangat hidup, Gus begitu bersemangat. Perkenalan ini tak terelakkan, begitu pula dengan cinta yang hadir diantara keduanya.

Ketika perasaan August mulai besar, Hazel malah mencoba menyingkir dari August. Ia beranggapan ketika suatu saat tiba-tiba meninggal ia tak ingin orang-orang yang ia cintai terluka. Perasaan yang ia miliki kepada August tak ingin terlalu dalam. Namun August tak pernah kehabisan akal. Ia meminta kepada Yayasan Genie untuk membawanya ke Amsterdam bersama Hazel. Tempat yang selama ini Hazel mimpikan. Untuk bertemu dengan pengarang novel Van Houten (Willem Dafoe). Di Amsterdam Hazel tak menduga akan kecewa setelah bertemu sang pengarang yang ternyata sangat menyebalkan. Namun disamping itu, perjalanannya bersama August menjadi yang paling bahagia dalam hidupnya.


Setelah kembali dari Amsterdam, sebuah hal yang tak terduga terjadi ketika kanker yang diderita August kembali kambuh. Selama ini Hazel selalu membayangkan bahwa ia yang akan meninggal lebih dulu. Namun kenyataan berbicara lain ketika kanker yang diderita August menghentikan detak jantungnya.

Hazel : "Funerals, I've decided, are not for the dead. They are for the living."

6 komentar:

  1. (h) ceritanya bagus banget sumpah ;(

    ReplyDelete
  2. Dan nggak nyangka mereka main bareng lagi di divergent sebagai kakak adik...

    ReplyDelete
  3. Dan nggak nyangka mereka main bareng lagi di divergent sebagai kakak adik...

    ReplyDelete
  4. Dan nggak nyangka mereka main bareng lagi di divergent sebagai kakak adik...

    ReplyDelete