Sinopsis Film Wiro Sableng + Review
Sejak kecil, Wiro (Vino G. Bastian) dirawat dan dilatih seorang nenek gendeng bernama Sinto (Ruth Marini). Setelah selesai menerima semua ilmu raga, Wiro kemudian ditugaskan untuk menemui mantan murid Sinto yang mengkhianati dirinya, Mahesa Birawa (Yayan Ruhian).
Dalam perjalanan, Wiro bertemu dengan Anggini (Sherina Munaf) dan Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarazi). Mereka kemudian menemukan petunjuk tentang Mahesa Birawa melalui Raramurni (Aghniny Haque), adik dari raja Kamandaka (Dwi Sasono).
Ternyata Mahesa Birawa tak sekedar penjahat kelas kakap, melainkan ingin menggulingkan kerajaan yang dipimpin melalui adik raja Kamandaka sendiri, Werku Alit (Lukman Sardi).
Lumayan
Mari berbicara realistis, untuk sebuah kisah yang diangkat melalui buku cerita sudah lebih dari cukup. Ada kepuasan tersendiri ketika kisah Wiro Sableng ini diangkat ke layar lebar, bukan lagi serial seperti yang pernah tayang di era 90-an.
Meski penggarapannya yang serius sampai menggaet studio besar seperti 20th Century Fox, lantas tak mampu meraih kesempurnaan seperti yang dijanjikan di trailernya.
Terlalu banyak karakter penting, namun gagal diperkenalkan secara rinci dan lebih dalam. Mungkin saja terkendala durasi atau terlalu banyaknya adegan pertarungan. Cerita juga mengalir bagai air tanpa riak tertentu sehingga film nyaman untuk diikuti dengan santai.
Soal komedi juga dapat semuanya, walau dibeberapa bagian terlalu berlebihan. Cameo Ken Ken? Ya iya lah menghibur.
Oh ya satu lagi, Permaisuri yang diperankan Marcella Zalianty ini akhirnya ngomong juga, saya kira dia bisu. hehe ..
Kareografi laga
Salah satu hal yang menonjol di film ini adalah aksi laga atau pertarungannya. Jujur saja, adegan atau intro jurus atau apapun sebutannya itu kelihatan sangat berlebihan.
Pernah nonton The Last Airbender karya M. Night Shyamalan? Nah gerakannya yang lebay mirip seperti itu. Terlalu banyak gerakan tambahan, terlalu over menurut saya.
Imbasnya pada Yayan Ruhian, aktor satu ini terkenal dengan adegan pertarungan cepat dan sigap, justru kelihatan konyol di film ini. Apakah yang salah kareografer laganya? Entahlah.
Kalau CGI?
Setiap film kolosal seperti Wiro Sableng tentu mau tidak mau harus dibantu CGI. Apakah sudah mewakili Sinematografer ala film Hollywood? Tampaknya tidak.
Iya jangan terkejut. Untuk seorang yang jeli, atau memang penonton yang memperhatikan film lebih tajam, justru selalu mempersoalkan ini. Visual efek masih terasa kurang dan masih belum menyentuh kata sempurna.
Contoh pada adegan ketika karakter Wiro lompat dari tebing, atau ketika mengambil Kapak Naga Geni 212 dari dalam bajunya. Terlihat jelas bahwa yang dipegangnya itu hasil rekayasa CGI.
Nah ada yang bilang gitu aja kok dipersoalkan. Ya iya lah dipersoalkan, film ini digarap serius, dari studio sampai aktor yang bukan main. Justru memiliki CGI layaknya film produksi rumahan gitu. I mean come on ..
Scoring mantap
Satu-satunya yang bagus di film ini adalah ketika adegan pertarungan dipadukan dengan scoring pas yang nge-bass. Membuat film ini serasa lebih berenergi. Sukses menutupi kekurangan fighting action-nya.
Selama menonton Wiro Sableng, penonton tidak akan terbebani plot berat yang mana mereka tidak akan sampai kebingungan walau buang air kecil misalnya. Mereka masih bisa paham mengikuti ceritanya. Semoga sekuelnya lebih baik lagi soal adegan pertarungan, iya ini serius. 5/10
Taglines: Pendekar Kapak Maut Naga Geni
Genres: Action | Adventure | Comedy | Fantasy Also Known As: 212 Warrior
Production Co: Fox International Productions (FIP),LifeLike Pictures
0 komentar:
Post a Comment