Tahu tidak? Media Sosial ibarat ujung pisau yang tajam. Ujung pisau yang membuat saya mungkin gagal paham dan tak mengeti apa manfaatnya. Tidak seorangpun yang menggunakannya dan itu berbahaya. Begitu juga dengan Media Sosial.
Sadar atau tidak, Media Sosial telah membuka ruang untuk meracuni dan membajak ego manusia. Dan pada saat yang sama Media Sosial juga berfungsi secara positif untuk menyebarkan kebaikan, berbagi kebahagiaan, termasuk media memperoleh rezeki.
Jadi apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan?
Kita telah menjadi orang yang terobsesi dengan diri sendiri
Tidak percaya?
Begini, Media Sosial seperti facebook, twitter, bbm, youtube, dan lain sebagainya adalah aplikasi paling berpengaruh jika dilihat dari banyaknya pengguna dan aksesnya.
Di dalam diri setiap orang disediakan masing-masing wujud yang disebut ego. Ego ini akan senatiasa berada dalam diri seseorang, hanya saja tergantung seseorang itu mau menguasainya ataukah tidak.
Ego yang tak dikendalikan, akan menguasai pikiran dan hati seseorang. Parahnya, ego sendiri akan menguasai jalan pikiran seseorang, bukan sebaliknya.
Fungsi Media Sosial memungkinkan kita dapat berbagi dengan orang lain tentang apa yang kita pikirkan, apa yang dilakukan, sedang apa, merasa apa, semuanya. Dan prinsip serta tujuannya hampir sama, yaitu mendapat like dan share.
Saya tidak munafik, karena saya mengharapkan hal semacam itu juga di Media Sosial. Dan saya juga tahu, semua itu kekal hanya di dunia maya.
Kehidupan pribadi menjadi makanan umum di Media Sosial
Segalanya bisa saja di upload di Media Sosial, sehingga semua bisa melihatnya, memberi like, termasuk komentar. Sehingga yang terjadi adalah ego tanpa sadar menguasai diri seseorang.
Ketika upload status atau gambar tentang kebahagiaan, terkadang orang lain yang bersedih di buat iri.
Ketika mengeluh di Media Sosial, seolah-olah hanya kita yang merasa punya masalah.
Ketika memuat gambar makanan yang enak, tanpa sadar orang-orang di sekitar Anda hanya makan seadanya sehari sekali.
Keika mencaci orang lain di Media Sosial, kita tidak sadar kita bukanlah manusia sempurna.
Maka secara tidak sadar, kita telah mendewakan Media Sosial lebih dari seharusnya. Media Sosial telah berhasul membuat ilusi yang nyatanya menguasai ego kita.
Sehingga, seakan-akan kita percaya diri dan seolah penting setiap yang dilakukan harus dipamerkan di Media Sosial.
Menariknya lagi, apa yang seseorang upload di Media Sosial pasti menunggu-nunggu berapa saja yang like dan siapa saja yang komentar. Benar tidak? Silakan jujur pada diri sendiri.
Media Sosial hanya sekadar nama
Entah bagaimana, ketampanan atau kecantikan menjadi tolak ukur seseorang dalam memiliki teman di Media Sosial.
Pasalnya, ketika seorang laki-laki membuka akunnya, maka yang dilihat adalah beberapa pemberitahuan dan notifikasi. Tapi ketika seorang perempuan membukan akunnya, yang dilihatnya adalah puluhan pemberitahuan, mulai dari notifikasi, permintaan, pesan sampai informasi yang tidak penting.
Tidak hanya cukup sampai disitu, ada perasaan bangga ketika teman dan pengikut lebih banyak dari yang seharusnya.
Ironisnya lagi, meskipun teman atau pengikut lebih banyak hingga ribuan orang. Namun hanya sekitar 80% dari daftar teman kita yang tak benar-benar kenal siapa mereka. Meskipun status mereka adalah teman.
Sadar atau tidak, kita dinilai orang lain
Selain ego, Media Sosial tidak hanya menjadi wadah untuk menilai diri sendiri. Tetapi juga menilai orang lain. Tanpa sadar kita sendiri telah fokus pada orang lain.
Kita menjadi orang yang menilai sepihak, kita ingin tahu apa yang mereka bagikan, apa yang mereka suka dan juga pandangan mereka terhadap kita.
Lalu hari demi hari kita keasyikan dengan Media Sosial ini sampai kita sendiri tenggelam didalamnya.
Dunia yang penuh dengan puji dan puja, pandangan serta nilai dari hakim yang tak dibayar. Kemudian setiap keberhasilan, kegagalan, jatuh bangun, tawa, kesedihan, menjadi konsumsi oleh mereka yang kita panggil "teman" di Media Sosial.
Jadi, ini sebenarnya hanya berupa saran hati-hati pada Media Sosial yang selalu kita konsumsi setiap hari. Jika manfaat positif yang Anda dapatkan di Media Sosial, maka itu baik untuk Anda. Tidak ada maksud untuk menghakimi, karena semuanya kembali kepada diri masing-masing. Jadi tidak usah diambil hati.
Semoga bermanfaat ...
0 komentar:
Post a Comment